Sejarah, Kemajuan, dan Kemunduran Kerajaan Syafawi di Persia


 

    Daulah Syafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbajian, Iran. Tarekat ini diberi nama Syafawiyah didirikan hampir sma dengan Daulah Turki Utsmani di Asia Kecil. Nama Syafawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al-Din (1252-1334 M), nama terseut tetap dipertahankan hingga gerakan ini berubah menjadi gerakan politik, bahkan menjadi nama bagi daulah yang mereka dirikan, yaitu Daulah Syafawiyah.

     Kecenderungan memasuki dunia politik membuat daulah ini mendapat wujud konkritnya pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460). Dinasti Syafawi memperluas gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik didalam kegiatan keagamaannya. Perluasan dalam kegiatan keagamaan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan para penguasa Kara Koyunlu (Domba Hitam), salah satu suku bangsa Turki yang ekuasa di wilayah itu. Dalam konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan dalam suatu tempat. Di tempat baru tersebut ia mendapatkan perlindungan dari penguasa Diyar Baki, Ak-Koyunlu, yang juga merupakan salah satu suku ang Turki. Ia menetap di istana Uzun Hasan, yang saat itu menguasai seagian besar Persia. Di tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircasia tetapi pasukan pimpinannya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia pun terbunuh dalam pertempuran itu.

    Pada saat itu Haidar anak dari Juneid masih kecil dan masih dalam penngasuhan Uzun Hasan, dan tahta kerajaan syafawiyah baru bisa diberikan saat ia dewasa. Pada tahun 1470 M hubungan antara Haidar dan Uzun Hasan semakin erat seusai Haidar mengawini salah seorang putri Uzun Hasan, dari perkawinan tersebutlah lahirlah Ismail yang nantinya akan menjadi pendiri keraajaan Syafawi di Persia.

Perkembangan Kerajaan Syafawi

    Dibawah kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizibash (Baret Merah) menyerang dan mengalahkan Ak-Koyunlu di Sharur, dekat Nakhcivan. Pasukan tersebut teru berusaha untuk memasuki dan menaklukan Tabriz yang merupakan ibu kota dari Ak-Koyunlu dan berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota inilah Ismail memploklamasikan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Syafawi.

    Ismail berkuasa kurang lebih selama 23 tahun (1501-1524 M). Pada awal sepuluh tahun pertama ia berhasil memperluas kekuasaannya, ia pun dapat menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Ak-Koyunla di Hamadan (1503 M). Menguasai provinsi Kaspia di Nazandran, Gurgan dan Yazd (1505-1507 M) Baghdad dan daerah barat daya Persia (1508 M), Sirwan (1509 M), dan Khurasan (1510 M). Hanya dalam waktu sepuluh tahun, wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan agian timur Bulan Sabit Subur (Fortile Cresent).

       Peperangan dengan Turki Utsmani terjad pada tahun 1514 M di Chaldiran, dekat Tabriz, karene Turki utsmani lebih unggul dalam bidang kemilitiran maka dalam peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan dan Sultan Utsmani pimpinan Turki Utsmani pada saat itu berhasil menduduki Tabriz. Beruntungnya Kerajaan Syafawi masih bisa terselamatkan sebab pulangnya Sultan Salim ke Turki karena telah terjadi perpecahan dikalangan militer Turki.

    Rasa permusuhan dengan kerajaan Utsmani masih terus berlangsung sepeninggal Ismail. Peperangan antar dua kerajaan besar islam ini beberapa kali terjadi pada masa pemerintaha Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khudaanda (1577-1587 M). Di masa tiga kerajaan tersebut, kerajaan Syafawi berada dalam keadaan lemah, selain karena sering terjadi peperangan melawan kerajaan Utsmani yang lebih kuat, juga karena sering terjadi pertentangan antara beberapa kelompok didalam negeri.

    Kondisi yang memprihatinkan yang melanda kerajaan Syafawi ini baru dapat diatasi setelah raja Syafawi kelima naik tahta, ia bernama Abbas I (1588-1628 M).  Beberapa langkah yang diambil oleh Abbas I demi memulihkan politik kerajaan Syafawi seperti mengurangi dominai pasukan Qizilash dengan membentuk pasukan yang baru yang direkrut dari udak tawanan perang angsa Georgia, Armenia, dan Sircassia, kemudian Abbas I melakukan perjanjian damai degan turki Utsmani, yaitu dengan rela melepaskan wilayah Azerbajian, Georgia dan sebagian wilayah lainnya. Dia juga berjanji tidak akan menghina Abu Bakar, Umar, Utsman dan sebgai jaminan atas perjanjian itu, ia menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di Instanbul.

    Langkah-langkah yang dilakukan oleh Abbas itu berhasil membuat kerajaan Syafawi menjadi kuat kembali, dan ia berhasil menyusun kekuatan militer dengan baik sehingga isa mereut kembali wilayah kekuasaannya dari Turki Utsmani. Pada tahun 1602 M, dimana saat itu Turki Utsmani berada dibawah kekuasaan Sultan Muhammad II, Abbas kembali menyerang dan menguasai Tabriz, Sirwan dan Baghdad. Sedangkan kota-kota lainnya seperti Nackhivan, Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasaipada tahun 1605-1606 M, selanjutnya pada tahun 1622 N pasukan Abbas I berhasil menguasai kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas.

Kemajuan Kerajaan Syafawi

    Pada masa kekuasaan  Abbas I merupakan puncak kejayaan dari kerajaan Syafawi. Secara politik ia mampu mengatasi berbagai kemelut didalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan juga berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaannya yang sebelumnya lepas tersebut oleh kerajaan Utsmani. Selain hal-hal yang tertulis diatas Kerjaan Syafawi juga mengalami kemajuan dalam beberapa bidang, antara lain:

a. Kemajuan bidang ekonomi

    Bukti nyata perkemangan perekonomian Syafawi adalah dikuasainya kepulauan hurmuz dan pelauhan Gumrun kemudian diubah menjadi bandar Abbas dimasa kepemimpinan Abbas I. Maka salah satu jalur dagang yang menghubungkan antara timur dan berat sepenuhnya menjadi milik Kerajaan Syafawi. Selain itu Kerajaan Syafawi juga mengalami kemajuan pada sektor pertanian terutama di daerah Buan Sabit Subur (fortile crescent)

b. Kemajuan bidang ilmu pengetahuan

    Bangsa Persia dianggap berjasa besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam sejarah islam. Maka tak heran jika kondisi tersebut terus berlanjut, dan muncul ilmuan seperti Baha al-Din asy-Syaerozi, Muhammad al-baqir al-Din ibn Muhammad damad, masing-masing ilmuan dibidang filsafat sejarah, teologi dan ilmu umum.

c. Kemajuan bidang seni dan pembangunan fisik

  Kemajuan seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah ibu kota kerajaan ini. Sejumlah sekolah, masjid, rumah sakit, jematan yang panjang diatas Zenderud dan Istana Chihisutun. Kota Isfahan juga dipeindah dengan kebun wisata.

Kemunduran Kerajaan Syafawi

   Kemunduran yang terjadi di kerajaan Syafawi tidak berbeda dengan kerajaan yang lain, umumnya ialah karena pemimpinnya yang tidak kompeten dan terlalu berfoya-foya, seperti Safi Mirza (1628-1642 M), yang merupakan seorang pemimpin yang lemah namun sangat kejam kepada para pembesar-pembesar kerajaan, sehingga pemerintahannya menurun secara drastis. Sementara Abbas II (1642-1667 M) merupakan sultan yang suka minum-minum sehingga jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia, Sulaiman juga seorang pemabuk dan bertindak kejam kepada para pembesar daulahnya yang ia curigai.

    Lain halnya dengan Husein, pengganti Sulaiman, ia merupakan seorang yang ‘alim, namun ia memberikan kekuasaan yang besar dan dominan kepada para ‘ulama syi’ah yang sering memaksakan faham syi’ah kepada penduduknya yang beraliran sunni, dan timbulah kemarahan golongan Sunni Afghanistan, mereka memberontak dan mengakhiri kekuasaan Daulah Syafawiyah.

    Diantara beberapa faktor kemunduran Daulah Syafawiyah ini merupakan adanya konflik yang terus menerus berkepanjangan dengan Turki Utsmani. Bagi Turki Utsmani berdirinya Daulah Syafawiyah yang beraliran Syi’ah menjadi sebuah ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya, akibatnya Turki Utsmani merasa harus memeranginya. Faktor yang berikutnya, karena lemahnya Sultan yang diangkat sehingga mereka tidak bisa mempertahankan kekuasaan yang diwarisinya, apalagi memperluas, sebaliknya yang terjadi adalah konflik internal memperebutkan kekuasaan di kalangan keluarga istana, juga tidak didukung dengan pasukan tentara yang kuat karena pasukan Ghullam yang dibentuk Sultan Abbas I tidak memiliki semangat yang tinggi.


Post a Comment

أحدث أقدم